Saya cukup
tertarik dengan artikel yang dibagikan oleh kawan saya melalui broadcast message di WhatsApp. Di dalam broadcast message tersebut kurang lebih menjelaskan bagaimana Lisa
Bloom penulis ‘Think: Straight Talk for Women
to Stay Smart in a Dumbded-Down World” menganjurkan bahwa “jangan terlalu
sering memuji anak perempuan dengan kata cantik.”
Mengapa?
Karena saat orangtua maupun orang lain lebih sering memuji seorang anak
perempuan dengan kata ‘cantik’, maka kelak anak perempuan akan kehilangan makna
hidup yang sebenarnya. Mereka—anak perempuan—akan cenderung mengejar kecantikan
sebagai tujuan hidupnya dibanding makna hidup yang sebenarnya.
Sejenak saya
berpikir, fisik memang hal pertama yang kita perhatikan saat bertemu dengan
orang lain. Entah cantik/tampan, akan mendapatkan perhatian khusus saat pertemuan
pertama. First impression terhadap
penampilan memang diperlukan. Tapi sampai kapan ketertarikan fisik akan bertahan?
Saya kira tidak akan lama. Setelah itu banyak hal yang mempengaruhi kenyamanan
kita terhadap orang lain. Seperti attitude, wawasan orang tersebut, serta
frekuensi obrolan yang menyangkut sejauh mana kita bisa nyambung saat mengobrol
dengan orang itu.
Namun
sepertinya sekarang kita hidup pada sebuah jaman dimana kecantikan sudah
menjadi komoditi. Hal ini didukung dengan beragam hal. Dunia fashion maupun film yang merebak di masyarakat lebih mendeskriditkan perempuan
pada suatu kata ‘cantik’ yang memiliki kriteria: putih, mulus, dan ramping. Standar
kecantikan pun dibuat terpatri pada ketiga hal tersebut. Saya jadi teringat
dengan artikel yang pernah saya baca, bahwa di Korea Selatan rata-rata remaja perempuan
yang berusia 14 tahun lebih memilih dihadiahi operasi plastik dibandingkan
hadiah lainnya pada hari ulang tahunnya.
Saya masih
berpikir bahwa cantik memang relatif. Maksudnya tiap orang khususnya perempuan
memiliki kecantikannya masing-masing. Hingga suatu ketika, saya bertemu dengan
kawan baru. Dia sangat periang, ramah, dan cerdas. Prestasinya segudang. Saya
cepat akrab dengannya. Lalu saya bertanya, hal apakah yang memotivasinya?
“Karena kata
ibu saya, saya tidak cantik. Untuk itu saya harus belajar dengan giat dan
berbuat baik.” Sejenak, saya langsung tertegun mendengar penjelasannya.
“Loh
kenapa?” tanya saya penasaran.
“Hidup akan
terasa lebih sulit bagi saya yang biasa-biasa aja. Untuk itu saya berusaha
menggali apa yang ada di dalam diri saya. Saya berusaha untuk tidak menjadikan
kecantikan sebagai modal utama saya.”
Saya
tertegun cukup lama, mencerna perkataan kawan baru saya itu. Saya pikir, dia
cukup manis, ditambah sangat periang dan sangat cerdas. Tidak ada terbesit di pikiran
saya bahwa dia tidak cantik. Dia memiliki kepribadian yang matang dan juga memiliki self esteem yang tinggi. Dia sangat
memahami kekurangan dan kelebihan yang ada di dalam dirinya. Sehingga orang
lain pun tidak melihatnya sebagaimana dia melihat kekurangannya. Semua bisa
tertutupi dengan ekplorasi hal-hal positif yang telah dilakukannya.
Tidak ada
yang salah untuk tampil cantik. Malahan di buku “Psikologi Wanita” yang pernah
saya baca, justru jika perempuan tidak lagi tertarik untuk berhias atau merawat
diri bisa jadi dia tengah mengalami dekadensi mental/kemunduran mental. Hingga
penting untuk perempuan menjaga dan merawat diri sebaik mungkin. Hanya saja,
sepertinya tidak perlu menjadikan tampil ‘cantik’ sebagai tujuan hidup yang
utama.
Karena ada
hal-hal lain yang bisa dikembangkan dari seorang perempuan. Bagaimana ia dapat memahami
segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana ia bisa
mengeksplorasi kelebihannya. Bagaimana ia mengetahui apa yang diinginkannya. Dan
yang paling penting, bagaimana ia dapat berdaya untuk keluarganya,
lingkungannya, atau bahkan sesamanya.
*Tulisan ini
murni hanya untuk menjawab segala keresahan-keresahan diri tanpa tendensi
apapun. Jika banyak terjadi ketidaksepahaman, hal ini wajar mengingat tidak
mungkin menyatukan bermilyaran kepala pada satu suara. Salaam!
20 comments
Itu prinsip saya banget. Biar ga cantik, asal unik dan baik . Alhamdulillah, it works :) nice writing mbak. Tengkyu for sharing. *salam kenal*
ReplyDeleteHi rahma salam kenal,
DeleteWah keren banget prinsipnya, semoga tetap teguh yaa! :D
Setuju mbak, nice sharing :) saya juga bukan orang yang mengedepankan kecantikan fisik, karena lebih baik 'inner beauty' yang terlihat hehehe
ReplyDeleteSalaam reyni,
DeleteIya yg terpenting setiap perempuan harus nyaman sama dirinya sendiri. Kalo dia udah nyaman, percaya diri, dan mampu mengeskplorasi kelebihannya, kecantikan itu pasti terpancar deh:D
Suka sama quote Mama yang "Hidup akan sulit kalau kita biasa-biasa saja". Semoga beliau sehat-sehat selalu =)
ReplyDeleteSalaam iqbal,
DeleteSemoga kita bisa menjadi pribadi yang luar biasa yaa, tapi yg terpenting bisa jd diri sendiri:D
Aku suka yang paragraf ketiganya deh. Ehehe. Aku ngerasa inferior kalau soal fisik, makanya kudu punya spesialisasi atau at least, baik sama orang lain. Apalagi kalau untuk urusan ngerawat diri, aku tergolong males. Hm.
ReplyDeleteDear arifinda,
DeleteKita boleh merasa fisik kita inferior tapi jangan sampe rendah diri ya. Saya yakin setiap manusia itu spesial dan yang terpenting tetep jadi diri sendiri ya.
Cheers up, girl! ,:D
pendapat yang cukup kritis juga sih ya, mengingat orangtua itu hobi muji putri mereka cantik.Ternyata secra tak langsung bisa mendoktrin mereka untuk mengejar kecantikan itu sendiri, ya. mending dipuji cerdas atau jujur deh kalau gitu..
ReplyDeleteSalam jeverson,
DeleteSaya pernah baca, kalo mau memuji lebih baik dengan apa yang si anak lakukan/atau dengan usaha anak.
Misalnya, anaknya abis bantuin ortunya jd bisa dipuji dengan rajin, soleh/solehah, pintar, dll.
biar gak cantik tapi penampilan harus bersih dan rapih ya
ReplyDeleteBetuk betul betul mbak tira;)
Deletesetuju ah! hehehe.
ReplyDeletecantik itu relatif, dan sayangnya sampai sekarang wanita memang hanya dinilai dari keadaan fisik saja.
dan ya.. jika ada wanita yang tidak "cantik", kemudian dia memaksimalkan kemampuan "lain" seperti jadi juara Olimpiade atau punya bisnis yang sukses, laki2 juga tidak tertarik dengan wanita seperti ini karena membuat lelaki minder (kebanyakan kasus seperti itu).
mungkin hal tsb yang membuat sebagian wanita lebih memilih menjadi "cantik" saja. hehe imho. nice article kak!
Hi justina salam kenal,
DeleteYes bener banget! Perempuab pantas untuk lebih dianggap dr sekedar 'cantik', untuk itu perempuan harus berdaya;)
aku juga pengen cantik. tapi bagaimana munngkin
ReplyDeleteHahahhaa kalo kang padh mah,'syaaantiiikkk kalih ah!':D
Deletenice posting!
ReplyDeleteTrims farras;)
DeleteSejujurnya, saya paling ga suka dengan penilaian cantik-ga cantik. Saya termasuk yg ga setuju dgn kata2 "Karena saya ga cantik, maka saya harus pintar". Lah..lalu kalo cantik ga harus pintar gtu? Haha.. Dan konstruksi sosial tentang cantik-ga cantik ini berbahaya buat perempuan, jadi banyak merasa rendah diri gara2nya.
ReplyDeleteAlhamdulillah, walopun saya kata orang ga cantik, ibu saya ga pernah ngomong spt di atas.
Menarik tulisannya..jadi pengen nulis atau minimal diskusi ttg ini 😊
Tatat
Hi kak pelangi,
DeleteAkupun juga gak setuju dgn pernyataan itu, karena menurutku mau ngerasa cantik atau engga, perempuan harus berdaya.
Nah tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan kalo ternyata ada di luar sana perempuan2 yg ngerasa gak cantik gara2 stereotip kecantikan itu sprti yg aku sebutkan di atas.
Nah untungnya temen yg aku temui gak musingin kecantikan yg menurutnya inferior itu, malah dia terus berprestasi. Yg jd masalah adalah kalo ada perempuan yg udh termakan stereotip kecantikan sehingga dia malah ngejar hal itu, bukan ensensi dirinya sbg perempuan.
Ia kak, isu-isu keperempuanan emang gurih buat dibahas hihihi:D