Dari jarak beratus kilometer, aku menulis
surat ini untukmu; wanita yang paling kucintai.
Berbicara
tentang jarak, sudah sejak lama sepertinya ia menjadi pil pahit di kehidupan
kita.
Kepergian ayah dengan nyata mengajarkan kita
tentang arti jarak itu sendiri. Membuat ibu menjanda dan aku menjadi yatim. Tak
ada lagi senyuman meneduhkan dari laki-laki sederhana itu, tidak ada lagi
kelakar tawa yang sering diciptakannya dan tidak ada lagi sosok penenang ibu di
kala hidup tak lagi bersahabat.
Ibu, jika jarak memiliki sahabat, aku berkeyakinan ia bersahabat dengan air mata. Beratus kilometer jauh darimu,
aku teramat sering mengutuknya. Mengapa jarak ada dengan turut
mengundang air mata?
“Jarak ada untuk mendewasakan kita, Nak!”
begitulah kira-kira jawabmu menenangkanku.
Apalah daya diri saat mengkhawatirkan keadaanmu,
namun kau selalu menjawab bahwa semua baik-baik saja. Apalah dayaku, saat kau
membutuhkan teman untuk berbagi cerita namun aku tak berada di sampingmu.
Ibu, aku tahu
kepedihan itu ada. Aku tahu kesedihan itu datang menyapa. Apa yang
bisa kulakukan saat ribuan kaca menghujam hatimu, Bu? Ada beribu luka yang tak
kunjung sembuh. Samar-samar
aku melihatnya dari matamu
dan kau dengan tegar memilih untuk menghadapinya seorang sendiri.
Ibu, jika
ada pemilihan orang yang paling pandai bersandiwara, bisa aku pastikan kau memenangkannya.
Seumur hidupmu kau harus bersandiwara untuk kuat dan tabah. Tak pernah merasa
lemah apalagi di depan anak-anakmu.
Tidakkah ada
celah untuk menangis, Bu?
Satu hal
yang sama-sama kita ketahui bahwa manusia diciptakan Tuhan memiliki batas dan
dari batas itu aku melihat air mata ibu bagai kristal-kristal es yang membeku
pada musim kemarau.
Ibu, izinkan
aku untuk menjadi lekat pada dirimu. Kau bisa menangis sesukamu dan kau bisa
mencurahkan segala kegundahanmu terhadap hidup pada diriku. Aku kini telah
bertumbuh dewasa dan sedikit banyak hidup telah menempaku dengan banyak hal. Termasuk dengan kerikil tajam,
bebatuan pecah, maupun onak duri.
Ibu,
bolehkan aku meminta maaf ? Untuk segala kehilafan dan kealpaan diriku. Jika
lalu aku sibuk berlari seorang diri untuk mengejar segala asaku. Maka kini aku
akan memperlambat langkahku dan merangkul ibu untuk serta bersamaku.
Aku tahu permintaan maaf saja tak akan pernah mengubah keadaan. Namun setidaknya dengan permohonan maaf ini, aku ingin menghancurkan tembok yang telah lama kubangun. Tembok yang membuat aku tak pernah melihat ibu secara lekat.
Aku tahu permintaan maaf saja tak akan pernah mengubah keadaan. Namun setidaknya dengan permohonan maaf ini, aku ingin menghancurkan tembok yang telah lama kubangun. Tembok yang membuat aku tak pernah melihat ibu secara lekat.
Ibu maafkan
aku, atas segala keegoisan diri yang selalu membuat ibu susah. Bahkan rasanya
sedikit sekali aku membiarkan ibu mencecap kebahagian dari apa yang kuperbuat.
Aku tahu
ucapan terima kasih saja tak pernah membalas semua jasa, tapi ijinkan aku untuk
mengucapkan ini, Bu.
Terima kasih
untuk segala pengorbanan yang telah kau lakukan untukku.
Terima kasih
untuk segala doa-doa tulus, sehingga Tuhan selalu melindungi dan menjagaku.
Dan terima
kasih untuk segala maaf yang
tak terhingga dari bermilyar kesalahanku padamu.
Ibu, jika
sebuah ikatan darah antara ibu dan anak adalah sebuah takdir, maka aku sangat
bersyukur pada Tuhan karena Ia telah memilihkan ibu untukku. Tiada anugerah
terbaik dalam hidupku selain dapat mencecap selama 9 bulan didalam rahimmu. Dan
tiada hal yang paling indah selain belajar tentang hidup bersamamu, Bu.
Ibu, semoga engkau selalu tabah pada setiap penantian untuk menunggu aku
pulang. Tiada ada rumah yang akan selalu aku rindukan untuk berpulang
setelah melangkah beratus kilo jauhnya, selain engkau, Ibu.
Anakmu,
Kota
Kembang, 12 Juni 2016
10 comments
Kak, sedih banget. Aku jadi kangen mama. :-(
ReplyDeleteSalaam lala,
DeleteAkupun kangen ibuku:")
Mengharukan
ReplyDeletesemesta-berbicara.com
Salaam semesta,
DeleteSegera meluncur :)
ikut menangis , terharu
ReplyDeleteSalaam mbak tira,
DeleteTerima kasih sudah blog walking ya:")
jarak yang mendewasakan kita, <<< suka kata-katanya :')
ReplyDeleteSalaam sari,
DeleteTrims yaa sdh blog walking :')
hatur nuhun geulis.... sing bagja sing ageung milik na ya nak
ReplyDeleteAamiin yaAlloh, haturnuhun ibuuuu sayang. Rindu!* :")
Delete*bu, kok pake akun ade? Hihihi