My Life's Journal
Cerita Tentang Bandung: #3 Berbagai Kisah Di Balik Sepotong Surabi
1/01/2016 11:13:00 PM
Foto: Koleksi Pribadi
Disini, mudah
bagi saya untuk menemukan berbagai warung yang menjual menu utama berupa surabi.
Di sepanjang jalan Setiabudhi berjejer warung-warung surabi yang menyajikan beraneka ragam varian rasa surabi. Dari mulai surabi paling sederhana seperti
surabi gula kinca hingga surabi yang telah dihiasi berbagai macam topping seperti keju, coklat, oreo, es
krim, dll. Untuk harganya pun sangat bervariasi, mulai dari Rp. 4.000 kita sudah
bisa menikmati legitnya Surabi Bandung.
Maka tak heran jika saya dan
teman-teman sering menyambangi warung-warung surabi untuk sekedar melepaskan
penat, bertukar pikiran, maupun berdiskusi tugas-tugas yang tak pernah lelah
menghantui.
Ada berbagai
kisah yang terukir manis dari potongan-potongan surabi yang telah saya kudap. Dari
mulai segala curhatan panjang lebar, pembahasan masalah tugas yang berujung
dengan keruwetan di kepala, hingga diskusi-diskusi tentang kehidupan yang selalu
menarik untuk dibahas.
Hidup memang selalu memiliki cerita.
Seperti kala
itu, kami terlibat diskusi yang cukup menarik. Saya dan beberapa teman yang
memiliki perbedaan latar belakang memutuskan menghabiskan malam minggu kami di
warung surabi. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba kami berada pada topik yang tekait
dengan makna ketuhanan. Menarik memang membahas hal yang satu ini. Karena menurut
saya, saat membahas hal-hal seperti ini dapat mengukur kembali kadar keimanan
saya. Ya, seperti berjalan kembali, berjalan jauh ke dalam diri sendiri.
Teman-teman
saya kala itu memang bukanlah seseorang yang terlihat seperti ‘ahli ibadah’. Namun
saya dikejutkan dengan pemikiran-pemikiran mereka yang progresif tentang iman
juga tentang Tuhan. Dari mereka saya belajar banyak, bahwa ternyata ada
sebagian orang yang memilih untuk menutup rapat sisi religius mereka dari
dunia luar. Membiarkan hanya Tuhan yang menilai. Hanya Tuhan saja.
Ah memang, saya
merasa agak berat dengan topik pembahasan kala itu. Lebih berat dibandingkan membahas
perihal jodoh kayanya, hehee. Apalah saya yang harus terus belajar untuk mengupgrade kadar iman di dalam diri saya.
Dari potongan-potongan
surabi kala itu, saya menemukan banyak sekali kebaikan. Banyak sekali nasehat,
yang nampak tidak menggurui. Banyak kebenaran tanpa memojokkan sesuatu yang
salah. Bahwa bukankah pada akhirnya kebenaran akan selalu terlihat lebih jelas walaupun
kesalahan itu terlihat lebih dominan?
Ya, kebaikan-kebaikan
memang tidak hanya bisa saya dapatkan dari para ahli ibadah, rumah-rumah ibadah
ataupun dari kitab-kitab suci. Namun kebaikan juga dapat saya rasakan disini. Di warung
surabi sederhana. Bahkan saya merasakan kasih sayang Tuhan menggema pada tiap
sudut warung surabi ini. Ah hidup terkadang memang mengajarkan banyak hal yang tak pernah diduga-duga.
“Saat kamu beragama, kamu tidak cukup melihat agamamu dalam satu konteks
saja. Tapi lihatlah agamamu dari berbagai konteks. Sehingga pikiranmu akan lebih
terbuka dan membuatmu semakin dekat menuju Tuhanmu.” –YBM-
2 comments
kebaikan bisa kita dapatkan dimana saja
ReplyDeleteSalaam mbak tira,
DeleteSetuju bgt mbak! :D