23 September
2014.
Masih terngiang di dalam ingatan saya kala perjalanan Bandung-Depok tepat
satu tahun yang lalu. Sebuah perjalanan yang penuh haru dan derai air mata. Berteman
gulita yang mendekap erat dalam luluhnya buliran air mata yang jatuh ke bumi. Menangisi
segala keterlambatan diri untuk dapat melihat hembusan terakhir napas ayah.
Menangisi mengapa ayah begitu cepat meninggalkan segalanya. Dan menangisi
begitu minimnya bakti saya sebagai seorang anak yang belum banyak
membahagiakannya.
Dari kejauhan
beratus kilometer, bergetar tubuh ini tatkala mendengar kabar bahwa ayah telah
tiada. Segalanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Bahkan saya belum sempat
meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Mengucapkan
terima kasih untuk segala limpahan kasih sayang yang ia berikan selama saya
hidup. berterima kasih untuk segala
pengorbanan yang ia lakukan hingga saya dapat berdiri hingga kini. Dan berterima
kasih atas segala pelajaran hidup yang selalu ia ajarkan kepada saya.
Jauh di
lubuk hati saya, saya ingin bersimpuh dan meminta maaf kepadanya. Maaf untuk
segala limpahan kasih sayangnya yang belum sempat saya balas dengan setimpal.
Maaf untuk segala jerih payahnya yang sering kali luput dari kesyukuran saya.
Dan maaf untuk semua cita-cita yang belum sempat saya bangun untuk
membahagiakannya.
Kali ini
perjalanan itu kembali saya lakukan. Sebuah perjalanan Bandung-Depok di tanggal
yang sama dengan tahun lalu. Menyesapi setiap kenangan yang muncul pada tiap
detiknya. Berkelebat berbagai kenangan tentang ayah, masa kecil, dan
detik-detik terakhir saat saya masih dapat melihat wajahnya dengan nyata. Memang
guratan penyesalan dan rintik air mata
itu masih ada. Namun dapatkah itu semua mengubah segalanya?
Hidup memang
harus terus berjalan dan kematian adalah sebuah garis takdir Tuhan yang tidak
dapat dielakkan. Jika ada pelajaran paling berharga dari semua ini, maka
pelajaran hidup tentang kehilangan adalah yang paling menempa saya. Satu tahun
berlalu, semoga Tuhan menempatkan ayah di tempat terbaikNya dan semoga kelak
kami dapat berkumpul kembali di jannahNya, aamiin.
Untuk ayah,
laki-laki pertama yang mengajari saya tentang cinta. Al-fatihah.
23 September
2015, dalam perjalanan Bandung-Depok.
0 comments