Bagi perempuan
maupun laki-laki yang sudah berusia di atas 20 tahun atau sudah lulus kuliah
dan telah memiliki pekerjaan, mungkin pertanyaan “Kapan
nikah ?” sudah terlalu akrab dalam menghiasi hari-hari kita. Entah saat
berkumpul dengan keluarga besar, bertemu kerabat-kerabat lama yang sudah terlebih
dahulu menikah, atau tanpa sengaja berpapasan dengan teman-teman lama di suatu
pesta pernikahan. Banyak orang berpendapat bahwa saat seseorang sudah
bekerja dan dianggap dewasa, lalu apa lagi yang ingin dicarinya selain menikah?
Idealis saya
sih ya, saya ingin menikah tanpa ada embel-embel tuntutan umur yang semakin
hari semakin merangkak naik, tuntutan orang tua yang ingin segera menimang
cucu, ataupun tuntutan masyarakat yang tak jera-jera bertanya “Kapan Nikah ?”. Inginnya saya, kelak saya
akan menikah saat menemukan seseorang yang memang hati saya condong kepadanya.
Seseorang yang saya anggap tepat untuk menghabiskan sisa hidup saya dan
seseorang yang apabila bersamanya surgaNya terasa begitu dekat *halah malah curhat.
Terlepas
dari berbagai macam kriteria yang seseorang terapkan dalam mencari pasangan
hidup, salah satu alasan yang paling banyak dikemukakan mengapa akhirnya kita
menikah dengan pasangan yang kita pilih adalah karena kita mencintainya. Cinta
memang perasaan yang fitrah. Ia disisipi Tuhan pada hati-hati lembut manusia. Namun
apakah cukup hanya mengandalkan cinta dalam membangun sebuah pernikahan ?
apakah cinta bisa selamanya hidup pada dua manusia yang terus-menerus hidup
bersama ?
Pernah suatu
waktu saya membaca artikel ilmiah tentang bagaimana otak manusia bekerja saat
manusia jatuh cinta. Di artikel tersebut dijelaskan bahwa saat jatuh cinta otak
manusia memproduksi berbagai macam hormon yang membuat si ‘dia’ begitu
menarik di mata kita. Salah satunya adalah hormon dopamine. Namun karena
rutinitas bertemu yang cukup intens, lama-kelamaan otak manusia pun tidak
memproduksi hormon-hormon tersebut sebanyak dulu. Hal ini tentunya akan
berdampak pada timbulnya rasa bosan pada 2 manusia yang telah hidup bersama
untuk waktu yang lama. Lalu masihkah kita hanya mengandalkan cinta dalam
pernikahan?
Dari situ
saya bertekad jika saya menikah kelak, saya harus memiliki pondasi kuat untuk
membangun rumah tangga saya kelak. Karena mencintai pasangan yang akan saya
nikahi saja tidak akan cukup untuk membangun sebuah rumah tangga. Salah satu caranya
adalah kini saya memulai untuk belajar tentang ilmu pernikahan. Apa sesungguhnya esensi dari
pernikahan? Apa tujuan menikah? Bagaimana mengelola konflik setelah menikah?
Bagaimana menyikapi rasa bosan yang mungkin terjadi? dan beribu pertanyaan yang
kerap menggerayangi pikiran saya.
Banyak cara
yang bisa kita lakukan dalam rangka melakukan persiapan menuju pernikahan.
Membaca banyak buku tentang pernikahan, mengikuti kajian-kajian, dll. Salah
satu cara yang saya lakukan adalah baru-baru ini saya mengikuti Sekolah Pra-Nikah
untuk menunjang pengetahuan saya tentang pernikahan. Sekolah Pra-Nikah bukan
saja untuk mereka yang sudah siap menikah dalam waktu dekat, untuk orang yang
belum tau pasti kapan akan menikah (hanya Allah yang tahu) seperti saya pun
sangat dianjurkan untuk mengikuti program ini. Mungkin nanti insyaAllah saya akan share materi-materi yang telah saya
dapatkan dari program tersebut.
Tujuan utama
saya mengikuti program ini sebenarnya sangat sederhana. Saya ingin menggali
pengetahuan saya tentang pernikahan, menjawab segala pertanyaan-pertanyaan yang
kadang menari-menari di pikiran saya, dan tentunya mempersiapkan diri saya
untuk menuju ‘gerbang itu’ hehee. Karena nantinya akan banyak dikaji tentang
esensi dari pernikahan itu sendiri, mengapa Tuhan memerintahkan manusia untuk
menikah, hingga bagaimana sebuah pernikahan dipandang menurut sudut pandang
agama, hukum, psikologis, maupun kesehatan reproduksi.
Saya rasa
mempersiapkan pernikahan bukan saja untuk orang-orang yang sudah memiliki calon
dan akan menikah dalam waktu dekat. Namun bagi sebagian orang yang belum tau kapan
akan menikah (seperti saya) juga harus memiliki bekal untuk menghadapinya
kelak. Minimal kita memiliki pondasi ilmu untuk membangun rumah tangga 'seperti apa' yang kelak ingin kita bangun bersama
pasangan hidup kita. Ya karena kembali lagi, 'cinta saja tidak akan cukup.' Wallahu a’lam.
2 comments
untuk yg belum menikah, semoga disegerakan olehNya
ReplyDeleteuntuk yg sudah menikah, semoga tetap langgeng dan harmonis, sakinah mawaddah warahmah
insya Allah
Salaam prajurit kecil,
DeleteAamiin yaAllah! Terima kasih sdh blog walking :D