sumber gambar: disini
Seketika
saya terhenyak setelah menemukan beberapa naskah cerpen sewaktu SMA yang tak
lolos sunting penerbit. Membaca kembali naskah-naskah tersebut, membuat saya
begitu bergidik juga seperti ada yang menghujam sakit di ulu hati. Saya kembali
teringat dengan mimpi dan asa saya sebagai penulis. Saya yang kala itu masih
hijau, memang memimpikan untuk menjadi seorang penulis. Entah apapun pekerjaan
serta profesi saya nanti, menjadi penulis harus menjadi profesi salah satunya.
Saya menulis
sejak duduk di bangku SMP. Tepatnya sejak ayah saya membelikan satu set lengkap
komputer pentium 3. Saya masih ingat bagaimana perasaan bahagia yang membucah
kala itu. Rasanya seperti banyak kembang api yang meletup-letup di hati. Dengan
segera saya mengganti kebiasaan menulis di buku diary dengan menari-narikan jari-jemari saya di atas tuts keyboard. Ya semua itu sebagai wadah untuk
menuangkan segala unek-unek hati seorang remaja yang penuh dengan kelabilan
ehehe. Kala itu, tema tulisan yang saya buat pun masih seputar dari apa yang
saya baca, seperti novel-novel teenlit
dengan berlatar belakang kisah percintaan remaja.
Membaca kala
itu juga menjadi bagian penting dari hidup saya. Saya pertama kali diperkenalkan
untuk mencintai buku oleh teman SMP saya. Dia mengajak saya untuk mengunjungi
salah satu tempat peminjaman buku ternama di Kota Depok. Kebanyakan
pengunjungnya adalah siswa-siswi SMP-SMA yang memang gemar
membaca. Harga sewa tiap bukunya pun cukup murah, dan sangat terjangkau untuk
kantong seorang siswa. Untuk komik dihargai Rp. 1.000 – Rp. 2.000 dan untuk
novel Rp. 3.000 – Rp. 4.000.
Sejak saat
itu saya jatuh cinta dengan buku dan juga giat dalam membaca. Dengan membaca
sebuah cerita, saya seperti diajak untuk menyelami setiap kejadian yang penulis
hidangkan. Ikut tertawa pada plot lucu, ikut berbahagia pada plot bahagia,
ataupun ikut haru dan berurai air mata pada plot sedih. Bahkan tak jarang saya
jatuh hati pada karakter-karakter kuat yang penulis ciptakan. Tidak hanya itu,
banyak buku-buku bagus yang banyak mengubah paradigma saya tentang hidup,
pemberi semangat, bahkan memperkenalkan esensi kehidupan yang sebenarnya.
Sama dengan membaca, menulis pun mengambil peranan penting di hidup saya. Menulis
bagi saya adalah sebuah perenungan diri. Bukan hanya sebuah pembuktian
eksistensi diri bahwa “aku ada”. Namun jauh dari itu, menulis adalah proses
perjalanan panjang menuju diri sendiri. Dimana terkadang dalam perjalanan
tersebut saya menemukan banyak hal yang ingin saya ceritakan kepada orang lain.
Sebagai penyembuh, pelega rasa, dan peringan beban.
Hingga pada
titik ini, saya tersadar bahwa segala apa yang saya tuliskan entah di blog ini
atau di cerita-cerita rekaan saya, merupakan nasehat-nasehat saya kepada diri
saya sendiri. Bukan sekedar untuk menggurui atau memberi nasehat kepada orang
lain. Sama sekali bukan. Namun semata-mata menjawab segala kegelisahan hati
serta banyaknya pertanyaan yang terkadang sering diberondong oleh diri saya
sendiri.
Ketika
membagikan hikmah yang saya dapatkan kepada orang lain, sesungguhnya diri
sayalah yang belajar untuk mencerna setiap hikmah tersebut. Menyelami setiap
guratan-guratan persepsi diri dan mengekspresikan melalui tulisan-tulisan yang
saya buat.
Kini hal
yang saya tekankan pada diri sendiri bahwa ‘menulis adalah sebuah proses’. Saya
sadar betul, tulisan-tulisan saya saat ini masih jauh dari kata ‘baik’. Namun
saya memutuskan untuk tidak berhenti untuk belajar. Ya, karena menulis adalah
sebuah proses. Semakin kita sering menulis, maka semakin kita mengetahui dimana
kekuatan dan kelemahan tulisan kita.
Entah
membaca atau menulis terlebih dahulu yang saya tekuni, namun seingat saya kedua
proses tersebut berjalan beriringan serta turut andil dalam mendewasakan saya.
Membangun pola pikir, konsep, serta pemahaman-pemahaman saya tentang hidup. Ya,
jika ditanya apa yang terlebih dahulu maka jawabannya seperti mempertanyakan
telur atau ayam yang lebih dahulu ada. Tidak tahu pasti jawabannya. Namun
sangat berkaitan. Erat dan saling memeluk.
10 comments
setuju banget, hikmah dari menulis yang paling utama memang buat diri sendiri dan selanjutnya bagi yang membacanya. suka deh tulisannya, enak dibaca. http://safirarashari.blogspot.com/
ReplyDeleteSalaam safira,
DeleteHehee yup menulis untuk mengenali diri sendiri yah. Trims yah udah blog walking :D
hahaha, nice banget tulisan nya. semoga kita semua yang bermimpi jadi penulis bsa terwujud ya. http://fabiantogrady.blogspot.com/2015/02/pertanyaan-tanpa-jawaban.html
ReplyDeleteSalaam grady,
DeleteAamiin! Semangat terus, yg penting tetep nulis, nulis, dan nulis ;)
Hayuuk dong mbak, kudu tetep semangat. Yakinkan diri pasti BISA !! Saya pernah mengalami kondisi serupa, namun pasion saya yaa menulis sekaligus ngeblog ^_^
ReplyDeleteSlm hangat dari Kudus ya (@cputriarty)
Salaam christanty,
DeleteYeay jadi tambah semangat nulis nih hihii, trims yah udah disemangatin :D
Hayuk semangat terus buat nulis, nulis, dan nulis ;)
Setuju..menulis adlh sebuah proses...
ReplyDeleteDulu waktu awal2 nulis di blog, 1 postingan bikinnya 2 hari 2 malem, kurang 1 hari lagi jd mirip bang toyib dah..hehe
Tp seiring brjalannya waktu.aseg..menuangkan pikiran di tulisan jd lbh gampang...
Tengkiu renungannya mbk :)
Salaam inda,
DeleteNah iyah, lama2 kita belajar jd belajar dan terlatih dalam menulis yah hihii. Sama-sama inda, trims juga yah udah blog walking :D
saya pun gemar melakukan keduanya, membaca dan menulis. jasa sewa buku emang murah-murah... apalagi komik, dari dulu emang murah. semoga dengan naiknya dolar nggak mempengaruhi harga pinjem meminjem buku :")
ReplyDeleteSalaam i jeverson,
DeleteDengan nyewa buku bisa menjangkau buku2 yg agak mahal untuk dibeli yaaa *khususnya bagi yg keuangannya terbatas, seperti pelajar* :")
Aamiin, dan semoga semakin banyak anak2 indonesia yg hidupnya tercerahkan karena membaca :D