“Kamu yakin
?” ia pun mengangguk yakin.
“Kamu kan
belum kenal dia sepenuhnya?”
“Engga
masalah.”
“Apa yang membuatmu yakin ?”
“Entahlah,
mungkin Allah.”
“Dulu
katanya gak mau dijodohin, kenapa sekarang menyerah?”
“Bukan
dijodohin, cuma dikenalin. Dikenalin itu mengandung 2 opsi. Kalo sama-sama
cocok bisa dilanjutin, kalo engga yaudah jadi temen aja.”
“Berarti
kamu untung yah, dikenalin langsung cocok.”
“Dalam jodoh
gak ada untung rugi, semua udah terkorespondensi satu-satu.”
“Maksudnya
?”
“Kamu
percaya kan tiap orang udah punya jodohnya masing-masing? Dalam bertemu jodoh
gak ada istilah untung-rugi maupun cepat-lambat. Semua udah terkorespondensi
satu-satu, jadinya tinggal gimana cara kita menjemputnya aja. ” Aku menggangguk
setuju.
“Jadi kamu
yakin dia itu jodohmu ?”
“InsyaAllah.”
“Kamu
sendiri gimana ?”
“Seperti
katamu tadi, aku ingin menjemputnya dengan cara yang baik.”
“Lalu ?”
“Mungkin sekarang
aku belum baik. Jadi Allah minta aku untuk belajar banyak dulu, supaya nanti pantas dapat
jodoh yang baik.”
“Semoga kamu
dipertemukan Allah dengan jodoh yang baik, dalam keadaan yang baik, dan di
waktuNya yang baik.”
“Aamiin!”
Langit
telah memerah, begitu pula dengan mataku. Air mata hangat meleleh pada sudut
pipi. Menemani salah satu sahabat terbaik melepas masa lajangnya. Menjadi saksi
perjalanan hidupnya dalam menemukan jodoh, rasanya tak heran jika dia memang
pantas dapat yang baik. Barakallah, semoga sakinah, mawaddah, warrahmah.
****
0 comments