“Mau Kemana
lagi kita ?”
Kalimat itu
terlontar begitu saja sesaat setelah puas mengililingi Dago Pakar (cerita tentang Dago Pakar dapat dibaca disini). Walau
matahari telah beranjak turun, namun semangat kami untuk berjalan-jalan masih
tetap menyala. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan ke Punclut untuk sekedar menikmati kota Bandung di malam hari. Saya
beserta teman-teman seperjuangan yang tergabung dalam assesment team kala itu, memutuskan menghabiskan waktu
seharian untuk berjalan-jalan. Maklum pada saat itu kami merupakan pendatang
baru yang belum mengetahui banyak hal tentang seluk beluk kota Bandung.
Ditambah beban tugas pun belum banyak menghampiri, sehingga keputusan untuk
berjalan-jalan seharian diharapkan dapat merefresh
otak kami sebelum nantinya bertempur dengan tugas maha dahsyat lainnya, hehee.
“Ayo
puas-puasin jalan, sebelum tugas numpuk!” kata salah satu teman saya.
Punclut atau
Puncak Ciumbuleuit merupakan sebuah kawasan daratan tinggi terdekat dari Kota
Bandung. Dari ketinggian Punclut, kita dapat melihat wajah kota Bandung secara
180 derajat. Setiap minggu pagi banyak warga yang melakukan olahraga di kawasan
ini, namun pada malam hari Punclut mengadirkan suasana eksotisme tersendiri.
Perjalanan
yang kami tempuh dari Dago Pakar ke Punclut kurang lebih menghabiskan waktu 40
menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Setibanya kami di Punclut telah
berbaris berbagai macam kios maupun restoran yang tidak hanya akan memanjakan
perut namun juga memanjakan mata. Terdapat berbagai macam menu yang ditawarkan,
dari mulai jajanan kecil hingga makanan berat. Daya tarik restoran di Punclut tidak
hanya menawarkan makanan yang enak, namun juga menawarkan pemandangan indah
kota Bandung dari ketinggian. Ada yang bilang, semakin ke atas semakin bagus
pula view untuk melihat wajah Bandung
pada malam hari. Jadi dianjurkan harus pintar-pintar dalam memilih restoran
yang memiliki menu yang enak juga view
yang cukup indah.
Kami pun
memutuskan untuk makan di salah satu restoran yang merupakan rekomendasi salah
seorang teman, namun saya lupa persis nama restorannya. Harga untuk makanannya
sendiri berkisar antara 20-50ribu rupiah. Harga yang cukup sebanding dengan view indah yang juga ditawarkan oleh restoran
ini. Di restoran ini terdapat saung-saung yang menghadap langsung ke arah pemandangan
kota Bandung. Kala itu sepanjang mata memandang yang terlihat hanya kerlap
kerlip lampu kota menghiasi tanah Pasundan. Cantik! Adalah kata yang paling tepat
dalam menggambarkan wajah Bandung malam itu.
Disana jauh
diujung sana terlihat hiruk-pikuk kota Bandung pada malam hari yang dihiasi
pernak-pernik berbagai macam lampu kota. Namun dari sini, dari ketinggian
Punclut saya melihat kota Bandung dari sisi yang lain. Dari kesunyian yang
hanya ditemani suara jerik jangkrik, dari udara yang sangat dingin hingga
merembes ke pori-pori, dan dari gelapnya malam dengan penerangan yang remang.
Seakan itu semua membenarkan sebuah pepatah yang mengatakan bahwa, “Bumi
Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.”
Malam semakin pekat, namun Bandung akan tetap bercahaya hingga esok pagi tiba.
TIPS &
TRICK:
- Untuk menuju Punclut dari arah Dago Pakar, dapat langsung turun ke bawah ke arah perempatan Mcd Dago dan mengambil arah menuju Ciwalk. Dari situ dapat terus mengikuti jalan hingga menemukan Rumah Sakit Salamun. Dari Rumah Sakit Salamun dapat mengambil jalan ke atas menuju jalan Bukit Raya. Kurang lebih 5-10 menit akan sampai pada kawasan Punclut.
- Selamat berjalan-jalan! :)
4 comments
waw,, bisa masuk list kalo lagi di bandung.. ini semacam tempat kayak bukit moko kan ya
ReplyDeleteSalaam alan,
DeleteIyah semacem bukit moko, tapi Punclut gak setinggi bukit moko dan lebih deket dijangkau dr bandung kota :D
Wah bagus ya pemadangannya d malam hari...baru tau, padahal dari rmhku lumayan deket hehee...
ReplyDeleteSalaam aliya,
DeleteWah kalo deket, sayang bgt kalo gak kesini mbak. Hayuk ke punclut yuk! :D