Sepertinya
pembahasan soal jodoh merupakan salah satu topik yang paling menarik untuk
dibahas oleh para bujang di tanah rantauan. Tak terkecuali saya dan teman-teman
seperbujangan. Kami yang notabene banyak terdiri jomblo-jomblo bahagia (eh
koreksi single berbahagia dengan usia yang sebenarnya sudah sangat
relevan untuk menikah) sesekali menyelipkan pembahasan tentang jodoh diantara topik-topik
hangat seputar tugas kampus beserta antek-anteknya. Entah mengapa yang pada
awalnya sedang membahas topik A akan berujung pada topik seputar jodoh. Saat membahas
topik B, pun akan berujung pada topik seputar jodoh juga. Bisa
dibilang apapun yang dibahas akan berujung pada pembahasan soal jodoh atau UUSJ
(Ujung-Ujungnya Soal Jodoh).
Jomblo Ngenes
eh Single Ngenes?
Tidak. Kami
tidak hobby meratapi nasib sebagai single. Kali ini saya akui, bahwa kami
bukanlah single-single kesepian yang
meratapi takdir sebagai single-fighter.
Kami cukup bersabar untuk tidak menangisi takdir sebagai single. Kami cukup dewasa (mungkin) untuk memupus rasa iri dengan orang
lain yang sudah memiliki pasangan hidup. Namun adakalanya kami cukup penasaran
dengan jodoh-jodoh kami kelak. Seperti apa dia? bagaimana sikapnya? tinggal
dimana? anak mana? yah seperti mengasyikkan menerka-nerka jodoh kami. Kadang ada
keisengan antara saya dengan teman-teman seperbujangan, saat menerka-nerka
seperti apa jodoh kami kelak. Tak jarang kami saling berseloroh dan
menjodoh-jodohkan satu sama lain, tapi ujung-ujungnya gak ada satupun yang jadi.
Status single pun tetap setia
menempel pada kartu tanda pengenal kami hahaa!
“Mungkin
belum jodoh”
adalah excuse paling sering diselorohkan saat
gagal mencoba suatu hubungan dengan seseorang. Entah saat satu pihak menaruh
hati tapi pihak lain tidak atau saat pihak lain suka tapi pihak yang satu engga.
Saat dua pihak saling suka tapi gak ada restu orang tua. Saat dua pihak saling
suka, orang tua sudah merestui tapi semesta tidak mendukung, dll. Ujungnya-ujungnya
belum jodoh, alesannya sih gitu.
Mau cari
yang seperti apa sih?
Mungkin itu
pertanyaan paling menohok pada single-single seperti kami. Di satu pihak
tentunya ada keinginan untuk memiliki pasangan hidup seperti yang lain. Namun
di lain pihak, kami menginginkan orang yang benar-benar tepat untuk menghabiskan
masa tua bersama. Selektif? Menyadari manusia tidak ada yang sempurna (termasuk
kami), pastinya kami pun tidak mematut kriteria yang sangat tinggi untuk urusan
jodoh. Hanya belum dipertemukan jodoh yang tepat, itu saja. Salah seorang
sahabat saya pun berkata, “Saya bukannya selektif, namun
saya tidak melihat sesuatu dari bungkusnya saja. Bungkus dapat berubah
sewaktu-waktu, tapi isinya akan tetap. Jika saya masih memutuskan untuk single,
itu berarti saya belum menemukan orang yang saya anggap patut untuk
diperjuangkan.”
Semesta
seperti merencanakan sesuatu, akhir-akhir ini saya sering dipertemukan dengan single-single fighter dengan berjuta kisah di belakangnya. Ada yang bilang, “Hal
yang paling baik adalah saat kita bisa belajar dari pengalaman orang lain”, sehingga
saya pun banyak mengambil pelajaran dari perjalanan kisah cinta orang lain. Mengapa
mereka masih tetap mempertahankan status single
mereka di tengah gempuran usia yang meninggi, mengapa tak kunjung menikah
walaupun sudah menjalin kasih bertahun-tahun dan berujung putus di tengah jalan,
mengapa dapat ditikung sahabat sendiri, mengapa tak kunjung move on dari orang yang jelas-jelas
telah memberi luka, dan berjuta tanya lainnya akan status single mereka. Bagi saya jawabannya simple; mereka belum menemukan jodoh yang tepat.
Adakalanya
manusia memang memerlukan penguatan. Dan sadar atau tidak, saya banyak mendapat
penguatan dari berbagi pengalaman kisah cinta orang lain. Semua seakan
menyadarkan saya; bahwa masih banyak single-single
di luar sana yang menikmati hidup mereka, bahwa kisah cinta tidak selalu
seperti di ftv yang berujung manis, bahwa terkadang untuk bertemu dengan jodoh
kamu harus dipersiapkan Tuhan terlebih dahulu, dengan; entah ditempa oleh hidup
atau didewasakan oleh waktu. Hingga saya berkesimpulan, mungkin saya memang diminta
Tuhan untuk banyak belajar terlebih dahulu sebelum benar-benar bertemu dengan
jodoh saya. Mungkin loh ya.
“Ada banyak
cara Tuhan untuk mendewasakanmu, salah satunya adalah menyendirikanmu untuk
beberapa waktu.” –Bang Jeki-
Jadi inti dari tulisan
ini apa? gak ada intinya sih. Ini cuma salah satu hasil perenungan saya sesaat
setelah membaca bbm dari Ibu yang berisi, “Gimana Teh, Udah dapet gebetan belum?”
12 comments
di publish juga kisah yang ini cyin hhhhaaaa
ReplyDeleteAhaha iyah, namanya juga pancur yah :')
DeleteHmmm bentar lagi Ramadhan - lebaran.
ReplyDeleteMau pilih yang gimana mas?
...dan aku hanya bisa tersenyum.
Asal jangan tersenyum getir yah :D
Deletehahaha.. :D
ReplyDeletessttt jangan keras-keras ;p
Deletehigh quality jomblo haha
ReplyDeleteAhaha aamiin! :p
Deletelebaran benter lagi,, pasti pada nanyain jodoh.. ayoo cari, chi.. mau yang kaya gimana? furqon nganggur tuh hehehehehehehe
ReplyDeleteBener pakis, mesti kuat hati ditanyain jodoh pas lebaran nnti :')
DeleteAhaha kalo uqon mah caabat pakis, caabat perbujangan :)))
Ada yg bilang jodoh itu perkara "klop" dan ada juga yang bilang jodoh itu perkara "kompromi". Yang jelas jodoh itu misteri Illahi yang kita manusia hanya bisa meraba-raba dan menerima tanggung-jawab tsb kalau Tuhan sudah bilang "yes".
ReplyDeleteSalaam wihikan,
DeleteSetuju! Ada yg bilang juga "cari jodoh terbaik adalah memantaskan diri dgn kriteria yg kita inginkan."
Entahlah, sebelum benar2 bertemu, perihal jodoh memang paling menarik untuk dibahas :D
Terima kasih yah sudah blog walking :)