“It’s not about the destination, it's about the journey.”
Pepatah di atas sepertinya berlaku
pada perjalananku kali ini. Pada bulan September lalu, bersama dengan
sahabat-sahabat yang tergabung di dalam kelompok assessment, kami memutuskan untuk mengunjungi Dago Pakar, Bandung. Awalnya
begitu banyak tempat destinasi yang ingin kami kunjungi selain Dago Pakar, tapi
setelah mendapat referensi dari salah satu teman, maka kami pun memilih Dago Pakar
untuk kami jelajahi. Alasan kami waktu itu sebenarnya sederhana, kami ingin mencari
udara segar sebelum bertarung dengan tugas assessment
yang sepertinya akan menyita banyak masa muda kami dan benar saja hampir
seperempat masa muda kami di semester 1 yang lalu habis dalam mengerjakan tugas
assessment hihihi.
Kami mengunjungi Dago Pakar yang
termasuk ke dalam tempat wisata Taman Hutan Raya Ir. Juanda. Saat itu kami
menggunakan 3 motor dan seluruhnya kami membayar Rp. 70.000,- untuk harga tiket
masuknya. Sesampainya disana kami langsung di sambut dengan kawasan alam yang
masih asri dan puluhan pohon pinus meksiko yang rindang. Di hutan pinus ini cocok
banget buat sekedar foto-foto, apalagi kami langsung melihat sepasang muda-mudi
lengkap dengan kostum dan fotografernya sedang melakukan foto pre-wedding. Duh jadi kepengen kan :’)
Beranjak dari hutan pinus kami menuju
ke Goa Jepang yang berada tidak jauh dari gerbang masuk. Di depan Goa Jepang,
sudah banyak pedagang yang menawarkan senter untuk disewakan. Tetapi karena
kami masih mahasiswa (alesan) kami menolak mereka dengan halus dan berdalih
menggunakan handphone yang memiliki
senternya (kalo bisa gratis buat apa bayar ? hihihi). Di Dalam Goa Jepang tidak
ada sumber penerangan sama sekali, kami pun hanya mengandalkan senter dari handphone untuk sumber penerangan kami.
Udara di sekitar goa jepang pun sangat dingin dan lembab. Di dalam Goa Jepang
masih dapat kami jumpai kalelawar yang menggantung di langit-langit goa. Menurut
sejarah, Jepang membangun Goa ini sebagai basis pertahanan mereka dan melakukan
tenaga kerja paksa. Sehingga konon, banyak korban yang berjatuhan selama proses
pembuatan Goa ini.
Selepas kami mengunjungi Goa Jepang,
kamipun mengunjungi Goa Belanda. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara Goa
Jepang dan Belanda. Udara di dalam Goa pun masih tetap dingin dan lembab. Namun
menurut sejarah, Goa Belanda telah mengalami banyak renovasi. Diantaranya permukaan
Goa Belanda sudah dilapisi semen dan terlihat lebih terawat dibandingkan dengan
Goa Jepang.
Puas mengunjungi goa-goa, kami
memutuskan untuk mengunjungi curug-curug yang berada di Dago Pakar ini. Setelah
melihat peta, sepertinya kami tertarik mengunjungi Curug Lalay dibandingkan
Curug Omas. Ini dikarenakan letak Curug Lalay lebih dekat dibandingkan curug
omas yang berada di ujung kawasan Dago Pakar. Tapi entah mengapa setelah
berjalan jauh, kami malah menuju Curug Omas. Tak terasa kami telah berjalan
kurang lebih 5 kilometer dan menghabiskan waktu 2 jam lebih! :’). Sebenernya sepanjang
perjalanan banyak tukang ojek yang lalu lalang menawarkan jasanya, tapi karena
kembali lagi kami masih mahasiswa (alesan kedua) kami harus mengubur dalam-lama
niat itu. Tidak ada pilihan lain, kecuali; jalan kaki hahaa.
Berjalan. Berjalan. dan terus berjalan.
Di tengah perjalanan, kami menemukan jembatan yang lumayan deh buat foto-foto :D
Sepanjang perjalanan ke Curug Omas,
kami mendapatkan pemandangan yang sungguh luar biasa. Sepanjang mata memandang
hanya hamparan hijau pepohonan yang amat teduh. Kami juga ditemani oleh
gemerisik suara dedaunan diterpa angin yang seperti melantunkan nyanyiannya
sendiri. Track menuju Curug Omas
sebenarnya tidak terlalu berat, karena jalanannya telah dipasangi oleh paving block yag dikombinasikan dengan
batu dan tanah. Tapi karena sudah jarang yang namanya olahraga, kami khususnya
aku, gampang ngos-ngosan dan membutuhkan beberapa kali berhenti untuk istirahat
sebelum sampai ke Curug Omas. Dan setelah mendaki gunung melewati lembah, jeng
jeng jeng sampai juga ke Curug Omas! Horee!
Curug Omas terdiri dari dua air
terjun utama yang ketinggiannya berkisar 30 meter. Walaupun sempat kecewa
karena tidak bisa turun ke air terjunnya langsung, tapi lelahnya perjalanan
terbayar sudah dengan mendengar gemericik air terjun yang menerpa bebatuan di bawahnya. Di sekeliling Curug Omas terdapat banyak monyet berkeliaran dengan bebas, tapi tenang aja kok mereka gak galak asal kita tetap jaga barang-barang pribadi yah :D
"Tuhan memang tidak pernah salah dalam menciptakan alam, hidup berharmonisasi
dengan alam adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh manusia."
Hore sampe! :D
Matahari pun semakin meninggi dan
kami pun mulai dihantui oleh rasa lelah dan lapar. Kami pun memilih memanjakan
perut dengan makan di warung-warung yang
terletak di atas bukit tidak jauh dari Curug Omas. Harga yang ditawarkannya pun
cukup terjangkau.
Inti dari perjalanan ini menurutku
bukan hanya sekedar destinasi yang kami tuju, tapi lebih kepada cara kami menikmati
setiap proses dari perjalanan itu sendiri. Berbagi cerita, saling melemparkan jokes dan tertawa, adalah cara lain dari
terciptanya kebersamaan dengan para sahabat baruku ini.
"Karena setiap perjalanan memiliki
cerita dan setiap cerita akan terus kita bawa hingga raga tak kuasa."
TIPS dan TRICKS :
- Jika Anda berniat untuk hiking, ada baiknya gunakan sepatu yang nyaman.
- Bila ingin sedikit berhemat, Anda bisa membawa bekal dari rumah lalu menyewa tikar disana. Tapi membeli makanan dari warga lokal disana, merupakan salah satu bantuan kita dalam memajukan roda perekonomian warga lokal disana :D
- Gunakan prinsip, “Tidak ada yang diambil kecuali foto dan tidak ada yang ditinggalkan kecuali jejak kaki.” So, jangan buang sampah sembarangan yah! :D
- Dan terakhir, Selamat Berwisata! Yuk Explore Indonesia !
7 comments
Itu dimana ya? Bisa share rute kesananya kalau menggunakan kendaraan pribadi?
ReplyDeletedan kendaraan umum juga makasih ^^
DeleteSalaam Titis,
DeleteIni ada di bandung di kawasan Taman Hutan Raya ir. djuanda.
Rute kendaraan pribadi: dr jembatan pasoepati ambil arah Dago sampe ketemu bukit dago. Nanti dari situ ada petunjuk ke Dago Pakar.
Rute angkot: dr terminal leuwipanjang naek angkot arah kalapa. Dr kalapa naek angkot lagi ke arah dago, turun di paling ujung dago pakar. Dr situ naek ojek ke taman hutan raya ir. Djuanda :D
Kayaknya seru tuh disana, sampe ke Goa gitu :)
ReplyDeleteSeruuu banget, skalian uji nyali juga hehee. mesti coba! :))
Deletebisa nih didatangin ntr... ada planning mw liburan pjg k Bandung dan Garut.. aku lg cari info mw kemana aja ntr :).. goa jepang ama goa belanda pgn tuh diliat.. Tapi yg ke curug rada ragu, secara anakku umurnya 2.5 thn juga ikut ;p. bisa2 sepanjang perjalanan minta digendong kalo k curug :D
ReplyDeleteSalaam mbak fanny,
DeleteBisa mbak dikunjungin bareng keluarga. Kalo mau ke curugnya selain jalan kaki, bisa naek ojek mbak. Satu motor biayanya bisa 20-30ribu untuk satu kali jalan :D