sumber gambar: disini
Cerita ini
bermula saat suatu sore aku berteduh di salah satu warung makan langgananku di
dekat pasar. Setelah selesai makan, hujan pun turun cukup deras sedang aku lupa
membawa payung. Jadilah aku menunggu derasnya hujan berhenti. Tak jauh dariku,
ada seorang laki-laki paruh baya yang juga sedang berteduh. Dia membawa 2
keranjang mangga beserta pikulannya. Saat aku memperhatikannya, dengan senyum
ramah serta logat sundanya yang khas laki-laki itu menawarkan dagangannya
kepadaku. Awalnya aku tidak begitu tertarik, namun akhirnya aku menyerah untuk
membeli dagangannya.
Hujan tetap pada
pendiriannya, ia tetap deras dan tak mau kalah dengan waktu. Aku pun harus
lebih lama menunggu selesainya hujan di sore itu. Laki-laki paruh baya yang
kukenal dengan sebutan Bapak itu membuka percakapan denganku, beliau bertanya tentang
asal usulku, sedang apa di Bandung, dll. Hingga tiba pada giliran Bapak bercerita
tentang kehidupannya. Ditinggal istrinya meninggal dunia saat ketiga anaknya
masih kecil-kecil, memutuskan untuk tidak menikah lagi, dan memilih membesarkan
ketiga putrinya seorang diri. Di sisi lain, aku salut dengan Bapak. Bagaimana
tidak, beliau memilih untuk membesarkan anaknya seorang diri tanpa berniat
menikah lagi. Ya kembali lagi hidup adalah pilihan.
Bapak bercerita
tentang bagaimana susahnya mengurus anak perempuan di zaman sekarang. Zaman yang
rentan dengan segala godaan bagi kaum hawa. Terlebih tidak ada sosok seorang
istri yang membantunya mengurus ketiga putrinya. Sehingga Bapak memutuskan
untuk memondokkan ketiga putrinya di pesantren daerah Tasikmalaya, selepas
ketiga putrinya lulus dari sekolah dasar.
Bapak juga bercerita
tentang rutinitasnya sebagai penjual buah-buahan. Setiap pagi Bapak harus bangun
pukul 3 pagi, dan mengambil dagangannya di tengkulak.
Lalu Bapak mulai berjualan di pasar pada pagi hari dan berkeliling dari rumah
ke rumah dari siang hingga sore hari. Selain bekerja keras, Bapak juga tak lupa
merutini amalan Sholat Dhuha setiap harinya. Bapak bercerita, supaya setiap
harinya Allah terus mmberikan keberkahan pada rejekinya. Lewat berjualan buah-buahan,
bapak dapat menghantarkan ketiga putrinya hingga ke perguruan tinggi. Kini ketiga
putrinya pun telah lulus dari perguruan tinggi. 2 diantaranya sudah menjadi
guru dan bahkan kini Bapak telah mempunyai 2 cucu.
Kamipun mengobrol
banyak. Rasanya menyenangkan mendengarkan bapak menceritakan kisah hidupnya.
Ada yang bilang, ‘kenapa kita bisa betah
berlama-lama mengobrol dengan orang lain itu dikarenakan kita berada di dalam
satu frekuensi dengan orang itu’.
Bapak mengatakan
bahwa aku mengingatkannya pada ketiga putrinya yang kini telah memiliki
kehidupan masing-masing. Sedangkan Bapak mengingatkanku pada sosok almarhum
ayah. Sosok yang sederhana, humoris, dan pekerja keras. Hingga aku berpikir saat
kita merindukan seseorang, mungkin dia tidak akan hadir secara langsung dalam
bentuk fisiknya. Namun bisa jadi lewat sosok orang lain yang menghantarkan
petanda-petanda untuk sekedar memenuhi rasa rindu.
Banyak hal yang
kupetik sore itu. Yah, dari seorang bapak yang telah berkeliling menjual buah selama
30 tahun lebih. Pelajaran tentang kehidupan. Aku jadi teringat perkataan salah
satu dosenku, “Pelajaran tentang
kebaikan tidak hanya dapat kau temukan di dalam kitab suci, rumah-rumah ibadah,
alim ulama, dll. Tapi kau bisa mengambil hikmah kehidupan dimanapun dan
kapanpun.” Yah bahkan dari seorang penjual mangga keliling.
Senjapun menjadi
saksi, cerita laki-laki paruh baya yang tidak gentar dan tak pandai mengeluh
membumbung di angkasa bersama doa-doa yang menghadap ke langit. Bahwa setiap
kerja keras dan peluh yang bercucuran tidak akan ada yang sia-sia. Saat kita
berdoa, semesta mengamini, dan Tuhanpun menjawab doa-doa kita.
Sampai bertemu
lagi, Pak ! insha Allah :)
6 comments
Serasa tertampar pas baca tulisan ini, terkadang mengeluh itu justru tak membantu. Justru semakin memperumit masalah, yg harus dilakukan adalah bekerja keras dan tak mengeluh ...
ReplyDeleteSalaam Fandy, sama sayapun merasa tertampar mendengar cerita Bapak. malu banget sama diri sendiri yang sering mengeluh padahal banyak orang yang lebih besar masalahnya tapi engga pernah mengeluh. semoga kita bisa ambil hikmahnya yah, terima kasih sudah blog walking :D
DeleteDuh.. ceritanyaa bagus dan inspiratif banget :)
ReplyDeleteSalaam Fikri, Alhamdulillah. semoga kita dapat mengambil hikmahnya yah, terima kasih sudah Blog Walking :D
Deleteterharu :')
ReplyDeleteSalaam wulan, terima kasih sudah blog walking :D
Delete