Selepas
kepergian ayah, aku banyak berfikir bahwa ternyata begitu mudahnya seseorang
pergi untuk meninggalkan orang lain. Bahkan orang-orang yang dicintainya
sekalipun. Bukan, bukan tentang ketidakrelaan. Tapi lebih kepada esensi dari proses
kepemilikan dan kehilangan itu sendiri.
Jika aku
perhatikan alur kehidupan ini, maka aku mempelajari 2 hal; Pertama,
orang-orang lama telah pergi. Mereka
meninggalkan berbagai macam kenangan yang tersimpan rapih di ulu hati. Dan
kedua, orang-orang baru akan datang. Mereka akan turut mencatat lembar demi
lembar sejarah baru di kehidupan kita selanjutnya. Begitu seterusnya, datang
dan pergi.
Dan pada akhirnya, kita harus memilih untuk;
meninggalkan atau ditinggalkan.
Hingga aku
sadari hanya ada 2 pilihan di dalam hidup, “meninggalkan” atau “ditinggalkan”.
Ada saatnya kita menjadi objek yang ditinggalkan atau ada kalanya kita berperan
sebagai subjek dalam meninggalkan orang lain. Yah, semuanya menyangkut tentang
meninggalkan dan ditinggalkan. Orang tua, pasangan hidup, anak, semua akan kita
tinggalkan atau meninggalkan kita. Hingga esensi dasar dari sebuah pemikiran
ini adalah;
“Jika manusia mati tidak akan membawa
apapun, seharusnya kita tidak pernah merasa kehilangan apapun. Karena sejatinya,
kita tidak pernah memiliki apapun. Apapun.”
10 comments
kalimat terakhirnya bikin nyesek, tapi emang bener sih.. selain itu meninggalkan atau ditinggalkan sama-sama 'berpisah' jadi harus sangat menghargai masa-masa sebelum berpisah :")
ReplyDeleteKeren tulisannya :-)
ReplyDeleteWardah adina : iyah, selama masih diberikan hidup dan belum berpisah harus memberikan yg terbaik :') terima kasih sudah blog walking, salaam! :))
ReplyDeleteNasirullah : alhamdulillah, masih harus belajar lagi :D terima kasih sudah blog walking, salaam! :D
ReplyDeletePencerahan banget tulisan_nya :)
ReplyDeleteSalaam nur shodiq,
DeleteAlhamdulillah jika bermanfaat :)
Trims udah blog walking :D
Quote terakhirnya ngena banget :))
ReplyDeleteSengaja fik, buat reminder diri sendiri juga :)))
DeleteGaya menulisnya hampir mirip sama penulis buku motivasi best seller. Buku #Nasihat Diri karangan Mas Tedi :)
ReplyDeleteIni nih yang namanya galau positif. Kesedihan yang melahirkan kata-kata bijaksana :D
Salam kenal :)
Salaam fai,
DeleteWah saya belum baca bukunya, bisa jd tambahan referensi buku nih :D
Alhamdulillah, semoga terus dapat mengambil hikmah dr setiap kejadian yg menimpa :')
Btw, trima kasih yah sudah blog walking :D