
Bagiku
dunia anak-anak berkebutuhan khusus merupakan dunia yang amat membahagiakan.
Aku dapat mengenal berbagai macam karakter anak-anak berkebutuhan khusus yang
sangat banyak. Jika ada 2 anak berkebutuhan khusus yang didiagnosis memiliki Autism, namun terkadang karakter mereka
pun berbeda. Mereka memiliki karakter yang beragam. Kadang mereka sering
melakukan hal-hal yang lucu sehingga membuatku tertawa dan kadang mereka
melakukan hal-hal yang dapat mengejutkanku. Namun sesungguhnya mengajar mereka
sangatlah membahagiakan.
Aku
guru anak-anak berkebutuhan khusus, namun justru aku banyak belajar dari
mereka. Yah dari murid-muridku yang spesial itu. Sebagai seorang guru
pendamping khusus di sekolah inklusif, tugasku adalah mendampingi anak-anak
berkebutuhan khusus dalam satu kelas, membuat program khusus untuk mereka baik
akademik maupun untuk keterampilan lifeskill
yang nantinya diharapkan dengan keterampilan tersebut dapat mereka gunakan
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Mungkin terlihat mudah, namun
sesungguhnya tantangan yang kuhadapi tidaklah kecil. Aku harus memperkenalkan
dunia kepada murid-muridku dan akupun harus memperkenalkan murid-muridku kepada
dunia. Mengapa tak mudah? karena dulu dunia anak-anak berkebutuhan khusus yang
banyak dikenal adalah dunia segregatif. Dimana anak-anak berkebutuhan khusus
hanya bersekolah di sekolah khusus (SLB), yang rata-rata siswanya hampir
memiliki diagnosis yang sama. Sedangkan di sekolah inklusif anak-anak
berkebutuhan khusus diperkenalkan dengan dunia yang sebenarnya. Dimana
heterogenitas siswa sangat beragam.
Konsep
pendidikan inklusif merupakan antitesis dari penyelenggaraan pendidikan luar
biasa yang segregatif dan eksklusif, yang memisahkan antara anak berkebutuhan
khusus dengan anak lain pada umumnya yang biasa disebut anak reguler.
Pendidikan inklusif hadir dengan mentransformasikan sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Bahwa secara garis besarnya setiap anak
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, termasuk anak berkebutuhan khusus.
Tantangan
terbesar di sekolah inklusif adalah penerimaan siswa-siswa reguler terhadap
siswa berkebutuhan khusus. Terkadang karena ketidaktahuan serta minimnya
informasi banyak siswa berkebutuhan khusus yang menjadi sasaran bullying, diskriminasi, bahkan
dikucilkan dalam pergaulan sehari-hari di sekolah. Tindakan yang tak terpuji
tersebut tentunya dapat menghambat perkembangan akademik maupun sosial
anak-anak berkebutuhan khusus. Di satu sisi dengan diadakannya sistem inklusif
diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang baik dan
dapat bersosialisasi dengan semua siswa namun di sisi lain mereka mendapatkan
penolakan dari lingkungan inklusif itu sendiri.
Aku
termasuk orang yang suka bermimpi. Bagiku, “Saat kau bermimpi kau hanya
memiliki 2 pilihan; tetap tertidur atau bangun dan mewujudkan mimpi-mimpimu
itu.” Tiada orang yang tak ingin mimpinya jadi kenyataan, namun terealisasikan
atau tidaknya mimpi tersebut tergantung dari seberapa keras dan besar usaha
orang tersebut dalam mewujudkannya. Aku mempunyai mimpi yang tentunya berkaitan
dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Aku telah masuk ke dalam dunia mereka,
rasanya aku sudah tidak bisa untuk tidak jatuh cinta pada mereka. Yah aku
mencintai mereka, anak-anak berkebutuhan khusus. Dan mengajar anak-anak
berkebutuhan khusus, bagiku adalah sebuah passion
serta pengabdian diri.
Mimpi
besarku adalah semoga kelak aku memiliki sekolah dimana aku bisa mengembangkan
segala kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus. Sekolah dimana anak-anak
berkebutuhan khusus dapat berangkulan dengan siswa reguler lainnya. Sekolah
yang tidak mementingkan segala keterbatasan mereka, namun justru menggali
segala kemampuannya. Dan sekolah dimana kesetaraan itu ada. Bahwa sesungguhnya
setiap orang terlahir setara/sederajat dan berhak mendapatkan perlakuan yang
sama pula. Sehingga tidak ada tindakan bullying,
diskriminasi, serta penolakan sosial terhadap seseorang yang dianggap
“berbeda”.
Namun
mimpi jangka pendekku adalah agar anak berkebutuhan khusus mendapat penerimaan
layak di sekolah maupun masyarakat. Penerimaan yang baik terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat dapat
meningkatkan segala aspek perkembangannya. Seperti halnya manusia pada umumnya
akan dapat berkembang apabila lingkungan sekitarnya mendukung. Begitupun dengan
anak-anak berkbutuhan khusus, yang dapat berkembang dengan penerimaan serta
dukungan dari lingkungan sekitar.
Tentunya
ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, namun aku berkeyakinan jika segala
pihak baik keluarga, guru, sekolah, masyarakat, serius dalam menyikapi hal ini
tidak mustahil hal ini dapat diwujudkan. Beberapa kasus tentang bullying, diskriminasi, serta penolakan
terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah maupun lingkungan masyarakat lebih
dikarenakan tidak terbiasanya masyarakat umum dalam melihat segala sesuatu yang
“berbeda”. Anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki fisik, sifat, karakter,
kebutuhan yang “berbeda” banyak mendapat celaan karena dianggap itu hal yang
asing dan lucu untuk diperbincangkan. Seperti halnya menggunakan kata “autis”
ataupun “cacat” dalam candaan sehari-hari. Padahal itu tidak lucu sama sekali.
Aku
mempunyai mimpi bahwa suatu hari anak-anak berkebutuhan khusus dapat
bergandengan tangan bersama-sama, dapat berjalan beriringan, serta mendapat
perlakuan yang sama dengan anak-anak reguler lainnya. Hal-hal sederhana yang
sering kulakukan adalah memberikan video motivasi di kelas yang dapat ditonton
oleh anak-anak reguler dan anak-anak berkebutuhan khusus. Dimana di video
tersebut dijelaskan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dapat berprestasi di
berbagai bidang, baik bidang akademi, olahraga, keterampilan, dll layaknya
anak-anak reguler lainnya. Bahwa keterbatasan mereka bukalah menjadi hambatan
untuk mereka berprestasi. Bahwa keterbatasan mereka bukan berarti dunia mereka terbatas.
Aku
berharap pendidikan inklusif bukanlah hanya sekedar proyek pemerintah di bidang
pendidikan, namun pendidikan inklusif adalah proses pembelajaran untuk segala
pihak baik siswa reguler, guru, orang tua, maupun masyarakat yang menjelaskan bahwa
setiap orang “berbeda”. Sesuai dengan semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”
bahwa walaupun kita berbeda namun tetap satu juga. Begitupun dengan anak
bekebutuhan khusus yang seyogyanya tidak kita pikirkan segala keterbatasan
mereka namun kita menerima mereka dan merangkulnya. Dan mimpiku lagi adalah
mewujudkan Indonesia yang inklusif. Bahwa Indonesia adalah negara yang ramah,
aksesibel, maupun peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Semoga!
0 comments