Heho
2014!
2014
dimulai dengan kekalahanku dalam mengikuti salah satu ajang lomba puisi. Jangankan
menang, terpilih sebagai 50 besar aja engga :”) Sedih? Pasti. Kecewa? Iya. Tapi
aku berusaha menghibur diri, dengan menyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan
akhir segalanya. Yah mudah-mudahan dengan semakin banyaknya penolakan, menjadi
pembakar semangatku untuk berkarya dan belajar lagi. Aku beranggapan bahwa
setiap yang professional pasti melalui tahap amatir. Dan setiap penolakan
adalah kerikil-kerikil kecil yang selalu ada agar tetap waspada dan belajar :”)
Anyway
puisi ini bertemakan tentang “Aku dan duniaku”, enjoy this one guys! :D
Aku dan duniaku
Aku
dan duniaku
Aku
dan mereka
Aku
tanpa mereka bagaikan rembulan tua yang kehilangan cahaya
Meredup
saat menunggu fajar tiba
Perlahan
hilang
Dan
mati tak bersisa
Duniaku
adalah mereka
Pada
duka mereka yang terpendam dibalik canda tawa
Pada
tangis mereka yang tak kasat mata
Dan
pada jeritan mereka yang terdengar seperti gema samar-samar
Kurasakan
kedukaan mereka, pada setiap goyangan dedaunan yang hampir jatuh
Kulihat
tangis mereka, pada setiap air mata yang meranum
Kudengar
jerit mereka, yang menyibak luka pada kemarau kemarin sore
Mereka
datang kepadaku seperti angin di musim kemarau
Berdebu
dan kering
Perih,
lalu meninggalkan bekas sakit di pelupuk mata
Mereka
datang kepadaku seperti oase di padang pasir
Tetap
bertahan walau sendirian
Tetap
hangat ditengah panas
Tak
beranjak dan tetap setia
Aku;
guru mereka
Aku
mengajari mereka membaca, menulis, berhitung
Namun
mereka mengajariku hidup
Dan
mereka adalah guru kehidupan itu sendiri
Yah
mereka adalah anak-anak kiriman Tuhan
Yang
membawa luka namun dirindui saat perginya
2 comments
Permainan diksinya aku suka! :) salam kenal ya kak...
ReplyDeletesalaam rafiq! terima kasih telah #BlogWalking ke blog saya :))
Delete